Senin, 16 Februari 2009

Lompatan Arab Saudi


Keputusan Raja Abdullah, mengangkat Noura al-Faez menjadi deputi menteri pendidikan urusan perempuan, sebuah lompatan besar Arab Saudi.

Ini kali yang pertama dalam sejarah Arab Saudi sejak negara kerajaan itu diproklamasikan oleh Abdul Aziz bin Saud pada tahun 1932. Dan, Noura al-Faez adalah wanita pertama yang menjadi pejabat senior di negerinya.

Selama ini tidak hanya sekali kelompok Human Rights Watch menyoroti status perempuan di Arab Saudi yang mereka nilai kurang mendapat hak yang sama dengan laki-laki. Bahkan, sebuah pernyataan kelompok Human Rights Watch seperti dikutip BBC News menyebut, Arab Saudi adalah satu-satunya negeri di dunia ini yang tidak mengizinkan perempuan mengemudikan mobil sendiri.

Masih menurut laporan itu, perempuan juga tidak diperbolehkan membuka rekening bank untuk anak-anak, mendaftarkan anak ke sekolah, dan pergi bersama anaknya tanpa seizin suami atau ayah anak itu.

Karena itu muncul banyak seruan agar Arab Saudi mereformasi diri. Bahkan, suara perlunya perubahan itu muncul dari kalangan istana sendiri. Pangeran Talal bin Abdul-Aziz, saudara tiri Raja Abdullah, pernah menyerukan perlunya reformasi politik di negerinya. Ia juga mengkritik kebijakan pemerintah yang memenjara para reformis.

Namun, sejak menjadi raja tahun 2005, banyak perubahan yang dilakukan Abdullah. Ia dikenal sebagai tokoh reformis. Di dunia internasional pun Raja Abdullah dipandang sebagai tokoh yang berpikiran maju dan terbuka. Ia antara lain memprakarsai dialog antar-agama tahun lalu. Ia yakin dialog antaragama akan menumbuhkan saling pemahaman dan pengertian di antara para pemimpin dan juga umat beragama yang pada gilirannya akan melahirkan perdamaian.

Kini, langkah maju dilakukan lagi. Ia tidak hanya mengangkat Noura al-Faez sebagai deputi menteri pendidikan, tetapi juga memecat dua pejabat agama yang begitu berkuasa. Salah satu yang dipecat adalah hakim Sheikh Saleh al-Luhaidan karena mengizinkan pembunuhan terhadap para pemilik saluran televisi satelit yang menyiarkan program-program tidak bermoral.

Memang, kerajaan tetaplah pemegang kekuasaan absolut dan perubahan politik riil tidak ada dalam agenda. Akan tetapi, sekecil apa pun perubahan yang dibuat Raja Abdullah kalau itu memberikan ruang bagi terciptanya kemajuan, demokratisasi, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, itu adalah langkah yang harus dipuji.

Apalagi, bidang yang diserahkan kepada perempuan adalah pendidikan. Bukankah pendidikan merupakan peletak dasar dan pintu masuk ke arah perubahan. Lewat pendidikan, terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai, termasuk nilai-nilai kemanusiaan.

Tidak ada komentar: