Rabu, 18 Februari 2009

Dusta di Tengah Gelimpangan Mayat


Oleh Ahmad Syafii Maarif

Ketika pesawat Israel membombardir sekolah milik PBB beberapa hari yang lalu dan membunuh puluhan manusia, sebuah dusta besar berulang-ulang disiarkan: sekolah itu tempat persembunyian pejuang Hamas. Yang benar adalah tak seorang pun pejuang itu berada di sana. Hampir semua media Barat menelan begitu saja dusta zionis ini dan menyiarkannya ke seluruh penjuru dunia. Tetapi, untunglah ada stasiun televisi Al-Jazeera yang membongkar dusta itu sehingga kejahatan perang Israel cepat diketahui umat manusia di berbagai negara. Akibatnya, Israel semakin terpojok. Tetapi, kebrutalan tetap saja dilangsungkannya. Istilah kejahatan perang rasanya sudah tidak memadai lagi untuk menggambarkan genosida yang diamukkan zionis atas rakyat Palestina. Harus ditambah dengan: kejahatan perang yang dilakukan oleh makhluk serupa manusia, tetapi bukan manusia.

Yang juga tidak kurang ironisnya untuk dicatat adalah rezim Bush dan sebagian besar anggota senat Amerika mendukung kejahatan perang Israel ini. Para pendukung ini, dalam perspektif kita, secara sadar telah memasukkan dirinya dalam kategori "makhluk serupa manusia" itu. Satu-satunya anggota senat yang bersuara lantang menentang kejahatan itu adalah Dennish Kucinich. Kita kutip, "Hari ini, pajak dolar Amerika, jet-jet Amerika, dan helikopter Amerika yang diberikan kepada Israel telah menyebabkan berlakunya pembantaian di Gaza. Pemerintah [Bush] memungkinkan Israel menekan terus untuk melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil yang tak berdaya, memblokade upaya-upaya bagi gencatan senjata di PBB, dan menampik agar Israel tunduk terhadap persyaratan bahwa pengiriman persenjataan tidak akan digunakan untuk tujuan agresi. Israel akan menerima 30 miliar dolar AS dalam tempo periode 10 tahun bagi bantuan militer, tanpa harus mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan apa pun, hukum internasional, atau standar dasar tentang kesopanan manusia. Bangkitlah Amerika."

Di tangan makhluk serupa manusia, apa yang disebut human decency (kesopanan manusia) tidak mungkin bertemu dalam kamus mereka. Jika Anda ingin mencari ungkapan itu, hanyalah berlaku bagi manusia yang punya hati nurani. Oleh sebab itu, seruan Kucinich untuk bangkit ditujukan kepada rakyat Amerika yang masih manusia, bukan yang serupa manusia. Pemimpin penjahat perang Israel: Ehud Olmert, Ehud Barak, Tzipi Livni, dan gangnya, telah menjadikan mayat rakyat Palestina di Jalur Gaza sebagai taruhan untuk masing-masing memenangkan pemilu Israel pada Februari 2009 ini. Maka, tidaklah salah bila Uri Avnery dalam The Palestine Chronicle, awal Januari 2009, menyebut perang ini sebagai Israel's New Election War. Anda bisa bayangkan tingkat kejahatan perang ini. Demi untuk saling berebut kursi di knesset Israel, rakyat Palestina yang tak berdosa dan tanpa pertahanan dimusnahkan begitu saja. Pemusnahan ini dengan dalih karena kiriman roket Hamas ke kawasan selatan Israel dan Hamas dituduh tidak setia terhadap gencatan senjata. Semuanya ini adalah dusta dan palsu belaka karena gencatan yang riil tidak pernah berlaku.

Bagaimana Hamas tidak akan bereaksi, Avnery menulis: Dalam kenyataannya, gencatan senjata tidaklah lumpuh karena sejak awal gencatan senjata riil tidak pernah ada. Tuntutan pokok bagi gencatan senjata di Jalur Gaza mestilah dengan membuka lintas batas. Tidak mungkin ada kehidupan di Gaza tanpa mengalirnya suplai yang tetap. Perbatasan itu tidak dibuka, kecuali untuk beberapa jam yang tak menentu. Blokade darat, laut, dan udara terhadap satu setengah juta umat manusia adalah tindakan perang, seperti halnya menjatuhkan bom atau meluncurkan roket. Semuanya ini melumpuhkan kehidupan di Jalur Gaza: menghabisi sebagian besar sumber-sumber pekerjaan, mendorong sejumlah ratusan ribu manusia ke pinggir maut karena kelaparan, menghentikan sebagian besar rumah sakit untuk berfungsi, serta merusak suplai listrik dan air. Mereka yang mengambil keputusan untuk menutup lintas-batas--dengan dalih apa pun--tahu bahwa gencatan senjata yang sebenarnya dengan kondisi seperti itu tidak pernah ada.

Saya sengaja mengutip pendapat pejuang Yahudi ini untuk menunjukkan bahwa membiarkan zionisme merajalela adalah harakiri bagi peradaban. Zionisme=dusta sejarah yang harus disetop untuk selama-lamanya. Tanda-tanda ke arah itu sudah semakin nyata walau di tengah gelimpangan mayat yang masih berjatuhan. ''Aduh, ya Allah, dengarkanlah jeritan ini!''

Tidak ada komentar: