JAKARTA -- Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hendaknya tak hanya menjadi ajang seremonial belaka. Lebih dari itu, mengaplikasikan keteladanan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih bernilai.
Ketua Majelis Pimpinan Badan Kerja Sama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI), KH Didin Hafidhuddin, menyatakan, inti Maulid Nabi bukan pada memperingati hari kelahirannya, tapi bagaimana umat Islam mempelajari sejarah dan keteladanan Nabi SAW. ''Kita harus mengikuti teladan Nabi, baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, maupun negara,'' kata KH Didin kepada Republika, Senin (9/3).
Ada empat sifat utama Rasulullah SAW yang harus diikuti umat Islam. Pertama,shiddiq yang berarti jujur. ''Saat ini kita membutuhkan tokoh dan masyarakat yang jujur karena akan melahirkan kemakmuran,'' ujarnya.
Kedua,fathonah yang berarti cerdas. Masyarakat kita yang mayoritas Islam, katanya, harus memilih pemimpin yang cerdas, yang berusaha meningkatkan pengetahuan. Ketiga, amanah yang berarti profesional. ''Nabi menjalankan tugasnya dengan baik sesuai kewajibannya. Tentu saja hal ini menimbulkan kepercayaan kepada beliau.''
Terakhir, tabligh yang berarti menyampaikan. ''Sebagai umat Islam, kita tak boleh menyimpan sendiri kebaikan atau kebenaran, tapi harus disampaikan.''Keempat sifat itu harusnya diterapkan di masyarakat, meski kesadaran umat Islam akan hal tersebut masih minim. ''Saat ini sebagian umat Islam yang memperingati Maulid penuh penghayatan. Tapi, ada pula yang sekadar mengingat, tak ada upaya mempertajam makna Maulid secara substansial.''
Ketua PBNU, KH Masykuri Abdillah, menyatakan, Maulid yang berarti mengenang peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW mesti direnungkan kembali. Tak hanya sekadar perayaan, tapi bagaimana mengambil manfaat untuk membangun akhlak yang mulia.''Kelahiran Nabi itu juga sebagai bimbingan umat Islam untuk bangkit dari kegelapan menjadi bersinar,'' jelasnya. Ada dua dasar utama peringatan Maulid.
Pertama untuk membangun akidah, dan kedua menjalankan syariatnya. ''Kehadiran Nabi, telah membangun akhlak manusia, baik ke sesama maupun kepada Tuhan. Saat ini kita melihat kembali apa yang dilakukan Nabi ketika itu.''Dia menyayangkan sebagian umat Islam masih belum menyadari hal itu. Faktanya, masih ada umat Islam yang berakhlak tak baik. ''Memang, yang dilakukan Rasulullah tidak mudah, terutama untuk masalah akhlak. Banyak tantangannya.''
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'ruf Amin, menambahkan, saat ini acara peringatan Maulid terkesan hanya pidato, tidak ada teladan konkret. ''Seharusnya umat Islam meneladani Nabi, membangun akhlak mulia. Sekaligus melakukan harakatul Islah (gerakan perbaikan), baik secara personal dan sosial kemasyarakatan di segala bidang.'' she
Selasa, 10 Maret 2009
'Teladani Nabi dalam Keseharian'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar