Jakarta, Kompas
”Kondisi ini sangat disayangkan, kebijakan perang melawan teror yang dilancarkan AS di Indonesia justru menghentikan gerakan Islam demokratis,” ujar Direktur The Asia Foundation Robin L Bush dalam peluncuran buku
Robin menilai gerakan Islam dan demokrasi di Indonesia sebetulnya cukup berkembang. Gerakan itu tetap mempunyai pendukung yang diharapkan dapat memberikan kehidupan demokrasi yang sesungguhnya.
”Sejarah
Sementara itu, pengamat politik, Yudi Latif, mengatakan, masyarakat Indonesia memang berpeluang mewujudkan masyarakat demokrasi terbesar di dunia. Potensi itu ada dan makin berpeluang besar jika Indonesia mampu melewati pemilu yang demokratis
”Meskipun, masih dengan catatan, demokrasi yang berjalan saat ini perlu dikembangkan secara lebih substansial,” ujarnya.
Apalagi, menurut Yudi, partai politik peserta pemilu saat ini tidak mempunyai perbedaan identitas yang mendasar. Pasalnya, semua partai politik menyebut dirinya sebagai partai terbuka. Kondisi ini sebetulnya merupakan kesempatan untuk memerhatikan dan memperbaiki politik agar memerhatikan hal-hal yang lebih substansial.
“Namun, sayangnya, dalam praktik pemilu, kita melihat kelembagaan pemilu yang seharusnya bisa bekerja imparsial, malah terkesan parsial dan memihak. Kondisi ini tentu sangat merugikan dan demokrasi mengalami delegitimasi,” ujarnya.
Sementara itu, mantan Presiden Abdurrahman Wahid menilai dunia sebetulnya tidak mempunyai alasan untuk berburuk sangka terhadap Islam. Meskipun ada yang memperlihatkan ekspresi yang menakut-nakuti, jumlah yang lebih besar lagi memperlihatkan wajah yang ramah dan memperkenalkan ajaran pemikiran Islam yang baik.
”Begitu juga kalangan Islam, yang juga sebetulnya tidak ada alasan untuk berburuk sangka dengan yang lain. Kalau sabar dan baik saja, Islam pasti akan maju. Islam bisa maju karena adanya pendekatan multikultural,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar