baru dua saja yang mampu diterapkan umat saat ini.
Umat Muslim di seluruh dunia bersiap menyambut momen yang amat mulia, tepatnya bulan Rabiul Awal ini. Berbagai kegiatanpun dirancang jauh-jauh hari, mulai pengajian, tabligh akbar, bakti sosial, diskusi hingga pagelaran Shalawat Barzanji, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 9 Maret mendatang.
Baik di kota hingga ke desa, warga Muslim dengan penuh suka cita mengenang kembali perjalanan hidup sekaligus merenungkan tuntunan Rasul. Ini merupakan saat tepat untuk berintrospeksi dan menilai diri apakah perbuatan dan tindak tanduk selama ini sudah sesuai akhlak mulia beliau. Ya, itulah keberkahan serta kemuliaan bulan Rabiul Awwal.
Setidaknya demikian yang diungkapkan Dr Said Ramadlan dalam Kitab Fiqh al-Sirah al-Nabawiyaah, bahwa tujuan dari peringatan Maulid Nabi jangan hanya sekadar mengetahui perjalanan nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar umat melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Rasulullah.
Bahkan, menurut Prof Dr KH Said Agil Siraj, salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), umat Islam berkewajiban mengikuti akhlak mulia Rasulullah. ‘’Kita wajib mengikuti akhlak Rasulullah dengan seluruhnya, bukan hanya sepotong-sepotong,’‘ tegasnya.
Oleh karena itu, yang paling penting dalam kaitan ini adalah transformasi nilai-nilai Islam yang dibawa Rasulullah untuk diamalkan serta difahami. ‘’Jangan hanya doktrin. Akhlak itu tidak bisa dengan doktrin,’‘ tandas Kiai Agil.
Dia pun mencontohkan masalah kenakalan remaja. Hal itu tidak bisa diatasi dengan tindakan polisi, atau dengan kekerasan, melainkan melalui penanaman nilai-nilai.
‘’Kalau penanganannya dengan kekerasan, besok malah muncul lagi. Begitu juga di tengah-tengah masyarakat kita, yang namanya kejujuran, keadilan, kebersamaan, harus menggunakan transformasi nilai, tidak bisa dengan doktrin haram atau wajib,’‘ Kiai Agil menegaskan.
Lebih jauh, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menekankan tiga hal penting dalam meneladani akhlak Rasul. Pertama, qaulan (perkataan), fi’lan (tindakan) serta taqriran (keputusan).
Ketika ditanyakan bagaimana agar akhlak mulia itu benar-benar bisa diteladani umat Islam kini, doktor dari Universitas Islam Madinah Saudi Arabia ini menjawab, salah satu kiatnya yakni dengan memperbanyak ta bligh dan dakwah yang disampaikan para ustadz serta dai.
‘’Ini harus terus menerus diingatkan ke umat, harapannya adalah agar apa yang disampaikan tadi benar-benar mengena untuk selanjutnya teraplikasi dalam perbuatan sehari-hari,’‘ katanya.
Pentingnya meneladani akhlak Rasulullah juga disuarakan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub. Menurut Kiai Ali Mustafa, Rasulullah terlahir dari jenis manusia, dan bukan malaikat.
Karena itulah, maka apa yang dilakukan Rasulullah sangat mungkin untuk bisa diteladani oleh umat Islam. ‘’Kalau pun kita tidak mampu menelandani Rasulullah SAW hingga 100 per sen, paling tidak kita mampu meneladani akhlaknya 90 persen atau minimal 80 persen.’‘
Ujian
Sayangnya, kata Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, dari empat sifat Nabi Muhammad, fathanah (cerdas), tabligh (dakwah), amanah dan sidiq (jujur), baru dua sifat yang banyak diteladani umat, yakni fathanah dan tabligh.
‘’Adapun dua sifat lainnya, amanah dan sidiq, masih sangat sulit dilakukan umat, termasuk para pemimpin kita. Maka, tidak heran tindakan korupsi masih terus tinggi di negeri ini karena kejujuran belum diamalkan dengan baik,’‘ paparnya.
Bukan hanya kurang meneladani akhlak Rasul dalam hal kejujuran dan amanah, menurut Kiai Ali Mustafa, umat juga kurang mampu meneladani akhlak Rasul ketika menghadapi kesulitan. Padahal, kepedihan yang dialami Nabi Muhammad, dua kali lebih pedih dari yang dirasakan umat manusia lainnya.
Ini bisa disimak dari hadis yang diriwayatkan Sa’ad bin Abi Waqqash ketika ia bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘’Mana orang yang paling pedih ujiannya di dunia? Rasulullah menjawab, ‘Ujian yang dialami para rasul, begitu juga para ulama memiliki tingkat kepedihan yang paling tinggi.’‘
Sejarah membuktikan bahwa Rasulullah mampu melewati setiap ujian dan tantangan dengan ikhlas, serta meraih keberhasilan. Itulah sosok pribadi utama dan mulia, seperti disebutkan dalam Alquran surat Al Qalam [68] ayat 4, ‘’Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.’‘ dam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar