Senin, 13 Juli 2009

Shalat Jumat Dilarang di Xinjiang



RI sesalkan kerusuhan di Xinjiang

URUMQI -- Pemerintah Cina melarang warga Muslim yang tinggal di Urumqi, ibu kota Xinjiang, provinsi otonom Cina, menjalankan shalat Jumat. Masjid-masjid ditutup, dan Muslim Uighur, etnis mayoritas di provinsi itu, diminta menggelar shalat Jumat di rumah masing-masing.

''Berdasarkan instruksi pihak berwenang, pelaksanaan shalat di masjid ditiadakan mulai hari ini. Siapa saja yang ingin menjalankan shalat, dipersilakan melakukannya di rumah,'' demikian pengumuman bertanggal 8 Juli 2009 yang tertera di papan pengumuman Masjid Guyuan, Urumqi.

Alasan Partai Komunis, penguasa di Cina menutup masjid karena khawatir kerumunan massa, seperti shalat jamaah dan shalat Jumat, dapat kembali menyulut kerusuhaan.

''Ini (masjid) tak akan dibuka. Partai Komunis tak akan mengizinkannya,'' kata seorang pria Uighur, bersama ratusan warga lainnya yang hendak menunaikan shalat Jumat di Masjid Raya Dong Kuruk Bridge, kemarin (10/7).

''Kami merasa dihina. Ini kan masjid kami. Tapi, kami tak dapat memasukinya,'' ujar seorang pemuda lainnya, memprotes. Ahmed Jan, warga yang tinggal di dekat Masjid Dong Kuruk, menyesalkan tak diizinkannya mereka shalat Jumat.

''Bagi kami, ini mengganggu. Jika kami tak diziinkan menjalankan aktivitas agama secara normal, akan ada banyak kemarahan,'' katanya.
Pelarangan shalat Jumat ini buntut dari aksi kerusuhan pada Ahad (5/7) lalu. Menurut versi pemerintah, kerusuhan ini menewaskan 156 orang, lebih dari 1.000 orang terluka, dan sebanyak 1.434 orang ditangkap.
Versi lain, menurut Wakil Presiden Uighur World Congress, Asgar Can, seperti dikutip dari World News Australia, korban tewas mencapai 600-800 orang.

Rusuh massa itu berawal dari kemarahan etnis Uighur atas terbunuhnya dua pekerja pabrik mainan, 26 Juni silam. Ribuan warga dari etnis Uighur protes karena pemerintah dianggap tak tanggap atas terbunuhnya dua pekerja yang terlibat bentrok dengan etnis Han.

Kemarin, pasukan keamanan dan kendaraan militer bersenjata lengkap, tampak ditempatkan di sejumlah masjid. Helikopter militer berkeliaran di udara. Sementara di Masjid Yang Han, orang-orang berkerumun membaca pengumuman pelarangan shalat Jumat tersebut.

Seorang perempuan Uighur mengatakan, mestinya masjid tetap dibuka. ''Tak perlu menutup masjid. Sebab, setiap orang yang masuk ke dalamnya adalah seorang Muslim. Pasti aman. Kami tak memiliki kekuatan apa pun,'' katanya, yang langsung ditarik suaminya ke belakang kerumunan.

Tak jauh dari tempat itu, perempuan beretnis Han menyela seorang reporter media asing sebelum berbicara dengan dua perempuan Uighur yang berjilbab. ''Tentu masjid harus ditutup. Lihatlah kerusakan yang ada. Ini langkah patriotik demi kebaikan semua etnis.''

Memeti Imam Damala, imam Masjid Liuddaowan, mengungkapkan, pengumuman larangan shalat itu diterima Kamis (9/7) malam. ''Anda mestinya tahu alasannya apa,'' katanya.

Pengumuman larangan shalat Jumat, ditempel di semua masjid yang bertebaran di Urumqi. Namun, sejumlah masjid tetap dapat menyelenggarakan shalat Jumat, setelah kerumunan massa bersitegang dengan polisi yang menjaga masjid.

Salah satunya terjadi di Masjid White. Seratusan warga yang berkerumum di depan masjid itu berhasil memaksa seorang polisi beretnis Uighur membuka pintu masjid. ''Banyak orang berkerumun di depan masjid. Kami tidak ingin terjadi insiden,'' kata polisi itu yang enggan disebutkan namanya.

Kaishar, seorang penjual mobil, menambahkan, ''Tak ada alasan menutup gerbang. Mereka bilang ini demi keamanan, tapi sebenarnya itu tak perlu.''

Namun, seusai shalat, sempat terjadi bentrok dengan polisi. Sejumlah orang digelandang polisi, dengan tangan di atas kepala. ''Lihat, bagaimana perlakuan mereka terhadap Uighur, layaknya seperti binatang saja,'' kata seorang wanita yang menyaksikan penangkapan itu.

Kerusuhan sosial di Xinjiang itu, disesalkan Pemerintah Indonesia. Namun, kata juru bicara Departemen Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, Pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa upaya menciptakan ketertiban masyarakat sudah dilakukan oleh Pemerintah Cina.

''Kita berharap upaya itu memang cepat dilakukan, sehingga tak terjadi masalah yang berkepanjangan di Xinjiang,'' kata Faizasyah.

Pengamat Cina dari Baptist University, Hong Kong, Jean-Pierre Cabestan, mengatakan, kerusuhan di Xinjiang membuktikan klaim Pemerintah Cina bahwa kehidupan berjalan aman telah terbantahkan.

''(Kerusuhan itu) menunjukkan bahwa Cina masih merupakan negara yang kasar, dengan tingkat kerawanan masyarakatnya yang serius,'' kata Cabestan. ap/reuters/fer/has


EKONOMI POLITIK UIGHUR

Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, mayoritas bergama Islam, memiliki kekayaan alam luar biasa mulai dari minyak, gas, dan batu bara. Pemerintah Komunis Cina menjadikan Xinjiang sebagai pusat strategi keamanan energi nasional.

Kabinet Cina menerbitkan dokumen berjudul ''Proposals of the State Council on Promoting Economic and Social Development in Xinjiang" yang secara jelas mengungkapkan bahwa pada 2020, Xinjiang akan menjadi basis pengolahan dan produksi migas terbesar di Cina.

* Cadangan Minyak dan Gas
- Wilayah Xinjiang menguasai 20 persen cadangan potensial minyak Cina.
- Cadangan minyak mencapai antara 20-40 miliar ton minyak mentah
- Cadangan gas sedikitnya 12,4 triliun kaki kubik

* China National Petroleum Corp, perusahaan minyak milik negara terbesar, memiliki hak monopoli pengelolaan dan eksplorasi migas di Xinjiang.

- Penemuan minyak yang besar di cekungan Sungai Tarim dan gurun Taklamakan telah menarik perhatian global.

- Cina membangun pipa sepanjang 2.600 mil yang mengaliri migas ke sebagian besar kota besar seperti Sanghai hingga ke Beijing.

Strategi Energi Cina
- Mengurangi ketergantungan migas dari luar negeri
- Menjadikan Xinjinag sebagai pusat penyimpanan dan cadangan nasional

- Selain Xinjiang, Cina memiliki basis produksi minyak besar di:
* Heilongjiang
* Shandong
* Liaoning

Penghasilan
* 75 persen pajak dari Xinjiang masuk ke pemerintah pusat, padahal wilayah itu merupakan daerah otonomi.

* Ekonomi Cina sangat tergantung migas, dan negeri Tirai Bambu itu menjadi salah satu pemain utama global dalam perang energi dengan AS, Rusia, dan Uni Eropa.

* Cina rata-rata menghabiskan 65 miliar dolar AS per tahun untuk impor energi, kebanyakan dari Arab Saudi dan Iran.

* Pada 2008, Xinjiang memproduksi 27,4 juta ton minyak mentah atau melebihi produksi ladang-ladang di Shandong.

* Pada 2009, Xinjiang diharapkan mampu memproduksi minyak hingga 28 juta ton.
* Pertumbuhan GDP Xinjiang mencapai 10 persen per tahun
* Tiap tahun, setidaknya 500 ribu turis asing datang
* Lebih dari 13 juta pelancong domestik juga datang
* Memperoleh pendapatan dari pariwisata rata-rata 1,5 miliar dolar AS per tahun

Kondisi Xinjiang
* Meski berada di daerah emas hitam dengan kekayaan melimpah, namun Xinjiang sangat berbeda dengan provinsi-provinsi Cina lainnya.
- Tak ada industrialisasi di sana
- Penduduk sebagian besar hidup dalam kemiskinan

Sumber: Xinhua/Center for Energy and Global Development/China Daily/Reuters

Tidak ada komentar: